1
Ini kisah klasik, klise tapi nyata. Tentang bagaimana Jepang setelah kalah dalam Perang Dunia II, yang kaisar Jepang lakukan bukannya mengumpulkan sisa panglima perangnya, melainkan justeru menyuruh mendata jumlah guru yang tersisa. Ketika ditanya alasannya, kaisar menjawab bahwa maju tidaknya Jepang kelak tidak tergantung kepada jumlah tentara yang banyak, tetapi kepada orang-orang pintar hasil didikan para guru.
Hasilnya, dalam waktu relatif singkat, kini Jepang telah menjadi salah satu super power dunia, khususnya di bidang ekonomi.
Alangkah manjurnya Jepang yang punya kaisar begitu peduli terhadap pendidikan rakyatnya.
2
Sadam Hussein, presiden Irak yang digulingkan pasukan AS dan sekutunya masih di cintai rakyatnya, khususnya kaum terpelajar. Kenapa? Karena sepanjang pemerintahannya yang konon otoriter itu, Saddam masih mampu menggratiskan seluruh biaya pendidikan
dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi.
Ternyata, selain alasan minyak, Amerika mengagresi Irak juga karena tidak ingin rakyat Irak menjadi pintar.
Saddam Husein boleh terjungkal dari kekuasaannya tapi perhatiannya terhadap pendidikan pastilah membanggakan rakyatnya.
3
Tahun 1997, sama seperti Indonesia, Libya juga dilanda krisis ekonomi yang hebat. Negara-negara kapitalis barat, melalui IMF menyerukan agar negara yang terkena krisis mencabut subsidi kepada rakyatnya. Indonesia mematuhi resep bikinan IMF ini.
Tapi Muammar Qadafi, pemimpin Libya malah berteriak dengan lantang ”IMF jangan coba-coba menyuruh kami mencabut subsidi pendidikan”.
Walhasil, sampai sekarang rakyat Libya masih dapat menikmati pendidikan secara gratis.
Langkah Muammar Qadafi ini tentu dicatat sebagai tindakan kepahlawanan bagi dunia pendidikan Libya.
******
4
Di Indonesia, negeri yang sudah 59 tahun merdeka. Negeri yang terkenal dengan kekayaan alamnya yang bikin negara lain iri untuk menjarah Indonesia, masih saja menyisakan persoalan tentang kegagalan pemerintah mengelola pendidikan bagi rakyatnya.
Di Indonesia setiap awal tahun ajaran baru selalu saja diributkan oleh beragam persoalan pendidikan mulai dari mahalnya uang gedung, uang buku, uang seragam, pungutan-pungutan lainnya yang bikin ibu-ibu sesak napas memikirkan nasib pendidikan anaknya.
Setiap tahun lalu saja kita dibenturkan pada persoalan apakah sekolah mampu menjamin pekerjaan bagi lulusannya. Setiap tahun kita selalu dihadapkan pada masih tingginya angka putus sekolah, masih tingginya angka pengangguran intelektual. Padahal UUD 45 sudah menjamin warga Indonesia berhak mendapatkan pengajaran yang layak, setiap orang berhak mendapatkan penghidupan yang layak.
Daftar keruwetan dunia pendidikan ini akan semakin panjang bila harus dituliskan disini, yang cuma akan menambah buram potret dunia pendidikan kita. Jadi, jangan juga bicara soal anggaran pendidikan nasional yang mamang termasuk kecil dibelahan bumi ini. Bahkan anggaran pendidikan nasional kita lebih kecil bila dibandingkan dengan anggaran untuk meliter.
Apakah sudah tidak ada harapan bagi dunia pendidikan kita ? Ya, tentu saja kita punya harapan. Sebab cuma harapan yang bisa kita miliki. Harapan bahwa dunia pendidikan kita akan semakin baik. Harapan bahwa kita akan mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara lain.
Kita berharap ada perubahan dalam dunia pendidikan, mengingat sampai saat ini kita sudah mengalami enam kali pergantian kepemimpinan nasional.
Akankah pemerintah yang baru akan mampu melakukan menjawab harapan-harapan kita tentang perubahan dunia pendidikan ataukah akan terus melanjutkan kegagalan ini.
Saya tidak ingin bermimpi punya pendidikan bernama Hirohito, Saddam Hussein, ataupun Muammar Qadafi.
Tapi saya juga jangan dilarang bermimpi punya pemimpin Indonesia yang punya nyali untuk melakukan perbaikan didunia pendidikan !
Ternyata, selain alasan minyak, Amerika mengagresi Irak juga karena tidak ingin rakyat Irak menjadi pintar.
Saddam Husein boleh terjungkal dari kekuasaannya tapi perhatiannya terhadap pendidikan pastilah membanggakan rakyatnya.
3
Tahun 1997, sama seperti Indonesia, Libya juga dilanda krisis ekonomi yang hebat. Negara-negara kapitalis barat, melalui IMF menyerukan agar negara yang terkena krisis mencabut subsidi kepada rakyatnya. Indonesia mematuhi resep bikinan IMF ini.
Tapi Muammar Qadafi, pemimpin Libya malah berteriak dengan lantang ”IMF jangan coba-coba menyuruh kami mencabut subsidi pendidikan”.
Walhasil, sampai sekarang rakyat Libya masih dapat menikmati pendidikan secara gratis.
Langkah Muammar Qadafi ini tentu dicatat sebagai tindakan kepahlawanan bagi dunia pendidikan Libya.
******
4
Di Indonesia, negeri yang sudah 59 tahun merdeka. Negeri yang terkenal dengan kekayaan alamnya yang bikin negara lain iri untuk menjarah Indonesia, masih saja menyisakan persoalan tentang kegagalan pemerintah mengelola pendidikan bagi rakyatnya.
Di Indonesia setiap awal tahun ajaran baru selalu saja diributkan oleh beragam persoalan pendidikan mulai dari mahalnya uang gedung, uang buku, uang seragam, pungutan-pungutan lainnya yang bikin ibu-ibu sesak napas memikirkan nasib pendidikan anaknya.
Setiap tahun lalu saja kita dibenturkan pada persoalan apakah sekolah mampu menjamin pekerjaan bagi lulusannya. Setiap tahun kita selalu dihadapkan pada masih tingginya angka putus sekolah, masih tingginya angka pengangguran intelektual. Padahal UUD 45 sudah menjamin warga Indonesia berhak mendapatkan pengajaran yang layak, setiap orang berhak mendapatkan penghidupan yang layak.
Daftar keruwetan dunia pendidikan ini akan semakin panjang bila harus dituliskan disini, yang cuma akan menambah buram potret dunia pendidikan kita. Jadi, jangan juga bicara soal anggaran pendidikan nasional yang mamang termasuk kecil dibelahan bumi ini. Bahkan anggaran pendidikan nasional kita lebih kecil bila dibandingkan dengan anggaran untuk meliter.
Apakah sudah tidak ada harapan bagi dunia pendidikan kita ? Ya, tentu saja kita punya harapan. Sebab cuma harapan yang bisa kita miliki. Harapan bahwa dunia pendidikan kita akan semakin baik. Harapan bahwa kita akan mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara lain.
Kita berharap ada perubahan dalam dunia pendidikan, mengingat sampai saat ini kita sudah mengalami enam kali pergantian kepemimpinan nasional.
Akankah pemerintah yang baru akan mampu melakukan menjawab harapan-harapan kita tentang perubahan dunia pendidikan ataukah akan terus melanjutkan kegagalan ini.
Saya tidak ingin bermimpi punya pendidikan bernama Hirohito, Saddam Hussein, ataupun Muammar Qadafi.
Tapi saya juga jangan dilarang bermimpi punya pemimpin Indonesia yang punya nyali untuk melakukan perbaikan didunia pendidikan !
No comments:
Post a Comment