Sunday, October 31, 2010

LAPORAN LESSON STUDY

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama ini proses pembelajaran Matematika kurang mendapat perhatian dari orang tua dan pemerintah. Proses pembelajaran Matematika yang terjadi di dalam kelas jarang ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa dokumen Perangkat Pembelajaran Matematika. Pengawas jarang masuk kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari pada masuk kelas melakukan observasi dan supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metode mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan untuk pembelajaran matematika.
Umumnya pembelajaran Matematika dilakukan dalam bentuk satu arah. Guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan. Masih ada Guru yang beranggapan bahwa tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki dengan target tersampaikannya pokok-pokok bahasan Matematika yang tertulis dalam dokumen kurikulum. Pada umumnya guru kurang memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan kurang melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran.
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang diharapkan mampu menghasilkan manusia berkualitas, maka penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, berdedikasi tinggi, kreatif dan inovatif, sehingga berjalan dengan baik sesuai dengan sistem dan norma yang berlaku. Upaya memberdayakan sumberdaya manusia yang dimiliki sekolah sangat penting. Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, akan membawa sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru merupakan salah satu sumber daya manusia di sekolah, yang memiliki peran penting. Proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak akan dapat berjalan jika tidak ada guru. Pemberdayaan guru menjadi tugas penting yang harus dapat diwujudkan oleh kepala sekolah di sekolah, sehingga guru dapat bekerja produktif seperti mengajar dengan penuh tanggungjawab, berusaha menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin dan sebagainya.
Masyarakat telah mengakui bahwa guru memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang diamanatkan pada alenia keempat pembukaan undan- undang 1945. Untuk mengemban amanat tersebut seorang guru haruslah seorang professional karena kesehariannya berhadapan dengan tugas yang menuntut tanggung jawab moral dalam mendidik generasi muda dalam menyiapkan masa depan agar kelak dapat menjadi manusia yang bermanfaat baik untuk diri sendiri, bagi masyarakat maupun bagi nusa dan bangsa.
Pengakuan bahwa guru adalah tenaga professional telah ditegaskan dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 29. “ Pendidik merpakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan tugas pembelajaran , menilai hasil pembelajaran dan….”
Walaupun jabatan guru telah diakui sebagai profesi, belum berarti semua guru sudah profesional. Semua guru telah menyadari bahwa seorang guru harus professional namun masih sedikit yang sadar untuk berusaha mengembangkan diri untuk menjadi guru yang professional. Sangat sedikit guru yang mampu melihat kelemahan dirinya dalam melaksanakan profesinya. Sebagai suatu contoh masih sering dijumpai guru melimpahkan kesalahan kepada siswa bila siswa tidak berhasil mencapai prestasi belajar yang diharapkan tanpa ada usaha untuk melihat kekurangan yang ada pada diri guru itu sendiri.
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh guru dalam mempersiapkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran matematika dapat ditunjukkan melalui kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, mulai dari pemahaman terhadap landasan kurikulum, pengembangan silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa, sampai pada penyusunan alat evaluasi pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan tersebut di atas.
Mencermati apa yang termuat dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 dan Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 8, berkaitan dengan tugas guru dalam pembelajaran, maka dapat diambil dua hal penting yaitu guru sebagai agen pembelajaran dan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran.
Dalam rangka menepis anggapan umum di atas dan mewujudkan kondisi ideal guru dan pembelajaran, maka melalui kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar guru diharapkan dapat mengatasi hal-hal tersebut dengan melakukan Lesson Study. Sehingga guru dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan melaksanakan Lesson Study, wawasan guru akan berkembang dan termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi guru yang profesional.
Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) dalam program Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan merupakan salah satu kulminasi atau muara program yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk memantapkan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Mengelola pembelajaran di kelas merupakan salah satu pekerjaan guru profesional yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu untuk menjalankan profesi tersebut diperlukan penguasaan sejumlah kompetensi yang mendukung, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Sebagai wujud dari penguasaan kompetensi ini, setiap tindakan guru dalam mengelola pembelajaran merupakan tindakan pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, profesi dan moral.
Kompetensi yang dimiliki oleh peserta dalam PKM diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang sistematik dan terpercaya oleh institusi yang berkompeten. Proses pemerolehan kompetensi tersebut melalui banyak interaksi bermakna, yaitu interaksi antar peserta, peserta dan guru pamong, peserta dan dosen pembimbing, peserta dan siswa, peserta dan bahan ajar. Oleh karena itu, pelaksanaan PKM harus memberikan kesempatan, agar terjadi interaksi-interaksi tersebut yang akan menumbuhkembangkan kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang guru.
PKM yang diselenggarakan oleh kebanyakan LPTK dilaksanakan individual, yaitu seorang mahasiwa/praktikan mempersiapkan rencana pembelajaran dan mengimplementasikannya secara mandiri di bawah bimbingan guru pamong dan dosen pembimbingnya, tanpa melibatkan mahasiswa/praktikan lain. Selain itu, yang menjadi fokus utama dalam PKM adalah praktikan, tanpa menunjukkan bagaimana siswa yang menjadi subjek pembelajaran.
Pada pelaksanaan PKM guru Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan ini didesain adanya kebersamaan guru/praktikan dalam melaksanakan PKM. Kebersamaan ini terjadi pada pembahasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkatnya, seperti media, LKS atau alat pembelajaran, observasi praktik implementasi RPP di kelas dan kegiatan refleksi yang mendiksusikan kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan berdasarkan hasil observasi dalam rangka perbaikan RPP dan perbaikan pembelajaran berikutnya. Dalam kebersamaan ini tidak akan mengurangi kemandirian praktikan, karena praktikan tetap menyusun RPP secara mandiri, demikian pula harus memperbaikinya berdasarkan hasil diskusi/pembahasan yang telah dilakukan. Dengan adanya kegiatan observasi akan memberikan kesempatan kepada para praktikan untuk berlatih dalam mengevaluasi pembelajaran yang didalamnya tersirat adanya keterampilan mengumpulkan data, mengolah dan mengemukakan hasilnya. Kemampuan ini sangat penting bagi guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari untuk senantiasa memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajarannya yang didasarkan pada hasil observasi.

B. Tujuan
Kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar melalui Lesson Study bertujuan agar guru mampu:
1. Melakukan pemantapan kemampuan profesional guru
2. Melakukan pembeajaran yang berorientasi pada peserta didik dalam mengembangkan potensinya
3. Mendalami karakteristik dari peserta didik dalam rangka memotivasi belajarnya
4. Menemukan permasalahan yang menghambat proses pembelajaran di kelas dan mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut secara individu atau kelompok.
5. Menerapkan pembelajaran inovatif, yang bertolak dari suatu permasalahan pembelajaran.
6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik dan mampu mengimplementasikannya.
7. Trampil dalam mengobservasi kegiatan pembelajaran, mengolah hasil obeservasi dan menyampaikannya secara sistematis.
8. Melakukan evaluai proses dan hasil pembelajaran
9. Mampu bekerjasama dalam mengembangkan kepribadiannya sebagai guru.
10. Mampu mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajarannya secara lisan dan tertulis.

C. Prinsip Pelaksanaan PKM
Pelaksanaan pada Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan berprinsip adanya kerjasama sesama guru peserta, sehingga saling memberi dan menerima (sharing) pengalaman mengajar dalam menentukan masalah pembelajaran dikelas, menyusun rencana pembelajaran, implementasi rencana dan mengobservasi serta melakukan refleksi pada kegiatan-kegiatan tersebut.
Secara rinci prinsip pelaksanaan PKM dengan Lesson Study adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan PKM dengan Lesson Study bertolak dari permasalahan pembelajaran suatu bidang studi di Sekolah Menengah Pertama (khususnya di SMP Negeri 1 Depok)
2. Semua kegiatan PKM dengan Lesson Study dilaksanakan secara kolaborasi antara guru peserta dan pembimbing berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas (kesejawatan) dan mutual learning ( pembelajaran yang saling membantu).
3. Adanya kesepakatan (hasil diskusi) dalam penyusunan RPP yang merupakan pemecahan masalah atau penerapan pembelajaran inovatif dan pedoman observasinya, demikian juga pada kegiatan refleksinya.
4. Pembelajaran yang dilakukan harus berorientasi pada kegiatan siswa dalam rangka mengembangkan potensinya
5. Adanya observer dari guru peserta lain dan guru pamong dalam praktik pelaksanaan pembelajaran
6. Observasi proses pembelajaran, yaitu mengamati kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP dan lebih menekankan pengamatan pada aktifitas belajar siswa sebagai respon dari implementasi RPP
7. Adanya kegiatan refleksi yang dilaksanakan sesegera mungkin setelah selesai praktik pembelajaran dan observasi.
8. Diskusi dalam kegiatan refleksi didasarkan pada hasil observasi, bukan hanya berdasarkan teori/opini.
9. Adanya komitmen bersama antara anggota kelompok guru peserta untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

D. Manfaat Lesson Study
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar guru melalui Lesson Study antara lain:
1). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya)
2). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum.
4). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.
5). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.

BAB II
PELAKSANAAN PKM

Pelaksanaan Pemantapan Kemampuan Mengajar pada Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan prinsip Lesson Study, yaitu adanya kerjasama sesama guru peserta, sehingga saling memberi dan menerima (sharing) pengalaman belajar dalam menentukan masalah pembelajaran di kelas melalui kegiatan perencanaan (plan), implementasi rencana pembelajaran di kelas (do), dan refleksi tentang hal-hal yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas (see ). Hal – hal yang diuraikan dalam bab ini adalah jadwal PKM; kegiatan putaran I, II, dan III yang berisi tentang pembahasan RPP, implementasi RPP dan hasil refleksi pembelajaran.
Lesson Study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan Lesson Study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu Lesson Study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, Lesson Study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).
Kedua, lesson study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan Lesson Study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002).
Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan pada banyaknya kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni:
Tahap 1: Pemilihan topik Lesson Study
Tahap 2: Melakukan reviu silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selajutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
Tahap 3: Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
Tahap 4: Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
Tahap 5: Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan semua anggota kelompok Lesson Study untuk mendapatkan balikan.
Tahap 6: Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas.
Tahap 7: Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya.
Tahap 8: Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda

A. Daftar Kelompok dan Jadwal Kegiatan PKM
Pelaksanaan PKM diawali dengan kegiatan workshop PKM yang diselenggarakan oleh pengelola program sertifikasi jalur pendidikan jurusan pendidikan matematika pada hari selasa tanggal 10 Pebruari 2009 jam 11.00 – 15.00 WIB di ruang seminar gedung D FMIPA UNY. Dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh pengelola program, dosen pembimbing, guru peserta sertifikasi serta pihak sekolah dalam hal ini guru pamong. Acara kegiatan tersebut, diantaranya paparan tentang pedoman PKM, pengetahuan Lesson Study, pembentukan kelompok praktik mengajar, diskusi guru peserta dengan guru pamong dan dosen pembimbing, serta simulasi tentang lesson study. pembagian kelompok mengajar, penulis mendapat tugas PKM di SMP Negeri 1 Depok. Dalam diskusi dengan peserta sertifikasi, guru pamong dan dosen pembing diputuskan membuat daftar kelompok (kepengurusan kecil) dan jadwal kegiatan PKM. Dari hasil diskusi tersebut diperoleh daftar kelompok dan jadwal rencana kegiatan PKM (terlampir).
Sedang selaku guru Pamong adalah Bapak Suhardi, S.Pd dan Ibu Dyah Wardani, serta selaku dosen pembimbing adalah Ibu Atmini Dhoruri, MS.
Dari penyusunan jadwal tersebut, dilanjutkan kunjungan ke sekolah praktik yaitu SMP Negeri 1 Depok, pada hari Selasa tanggal 17 Pebruari 2009. Pertemuan di SMP Negeri 1 Depok tersebut, dihadiri Wakil kepala sekolah selaku wakil dari Kepala Sekolah (sehubungan dengan adanya tugas dinas luar yang harus dilaksanakan Kepala Sekolah), dosen pembimbing, guru pamong, serta guru praktikan. Dalam pertemuan tersebut dapat diketahui bahwa SMP Negeri 1 Depok merupakan SSN yang yang memiliki segudang prestasi baik dalam bidang akademis maupun non akademis. Sehingga siswa-siswanya selain diajarkan ilmu pengetahuan (teori) juga dibekali pengembangan bakat dan minat serta pengembangan diri. Kunjungan ke sekolah ini diakhiri dengan silaturahmi dengan segenap guru dan TU SMP N 1 Depok serta kunjungan ke ruang-ruang teori, ruang multimedia, laboratorium, perpustakaan, dan lingkungan sekolah lainnya.

B. Kegiatan Setiap Putaran
Kegiatan setiap putaran dalam PKM, menyesuaikan tahapan Lesson Study yang digunakan. Lesson Study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap pokok, yakni:
1. Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap plan.
2. Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap do.
3. Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi bersama pengamat/observer. Kegiatan ini disebut tahap see.
Berikut adalah penjelasan kegiatan setiap tahapnya:
a) Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok Lesson Study)
tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru kelompok SMP N 1 Depok dan guru Pamong serta Dosen Pembimbing dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, guru Pamong dan Dosen Pembimbing mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru Praktikan, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan Life Skill, Realistic Mathematics Education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal penting yang didiskusikan pula dalam kegiatan PKM berbentuk Lesson Study ini adalah penyusunan/penggunaan lembar observasi (Tim UNY sudah membuatkan), terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas :
i. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
ii. Lembar Kerja Siswa (LKS)
iii. Media atau alat peraga pembelajaran
iv. Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
v. Lembar observasi pembelajaran.
Penyusunan perangkat pembelajaran ini dilakukan oleh seorang guru dalam kelompok mengacu pada aspek-aspek pembelajaran ditetapkan dalam buku Panduan Pelaksanaan PKM. Hasil penyusunan perangkat pembelajaran selanjutnya dikonsultasikan dengan guru/peserta lainnya dalam kelompok SMP N 1 Depok, guru Pamong dan Dosen Pembimbing untuk proses penyempurnaannya.
b) Implementasi dan Observasi
Pada tahap ini seorang Praktikan yang telah ditunjuk (disepakati) oleh kelompoknya, menurut jadwal pelaksanaan PKM individu melakukan implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun tersebut, di kelas. Guru Pamong, Dosen Pembimbing dan guru/peserta lainnya melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu dilakukan rekaman foto dan video (short shooting) yang meng-close-up kejadian-kejadian khusus (pada guru atau siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman ini digunakan sebagai bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi dari implementasi. Di samping itu akan digunakan sebagai bahan laporan hasil pelaksanaan PKM.
c. Refleksi
Selesai praktik pembelajaran, kemudian dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru/praktikan yang tampil dan para observer (guru/peserta lainnya, guru Pamong dan Dosen Pembimbing) mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin Ketua Kelompok SMP N 1 Depok dengan moderator secara bergantian dari anggota-anggota kelompok yang ditunjuk oleh kelompok. Pertama praktikan yang melakukan implementasi rencana pembelajaran menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi.
Selanjutnya observer (guru lain, guru pamong dan dosen pembimbing) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajara. Selanjutnya, guru/praktikan yang melakukan implementasi tersebut memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hasil tahap refleksi ini selanjutnya digunakan untuk mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

1. Kegiatan Pada Putaran I
a. Penyusunan dan Pembahasan RPP
Kegiatan penyusunan dan pembahasan RPP ini masuk pada kegiatan planning. Dalam tahapan ini kami menyusun RPP dan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana RPP tersebut akan dilakukan.
Materi yang akan dibahas pada putaran I ini adalah Pengertian SPLDV, Perbedaan PLDV dan SPLDV, dan Himpunan Penyelesaian. plan dalam Lesson Study ini meliputi kegiatan:
1). Penyusunan rencana pembelajaran yang bernuansa kontekstual dengan model yang digunakan adalah Kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning. 2). Menyusun Lembar Kerja Siswa dengan ciri khas Direct Instruction dan Cooperative Learning.
3). Menyiapkan instrument penilaian meliputi instrument penilaian kemampuan kognitif (berupa tes UH dan pengukuran kinerja kognitif), instrument penilaian kemampuan afektif dalam kegiatan kelompok serta instrument penilaian kinerja psikomotorik.
4). Menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran.
Adapun sintak model pembelajaran kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
FASE-FASE TINGKAH LAKU
Fase 1
Menyampaikan tujuan, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa
Fase 2
Menyajikan informasi dan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut, memotivasi siswa untuk belajar, materi prasyarat dan mempersiapkan siswa untuk belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan keterampilan tahap demi tahap
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok dan membimbing siswa dalam pelatihan
Fase 4
Membimbing siswa dalam kelompok bekerja dan belajar dan mengecek pemahaman siswa serta memberikan umpan balik
Fase 5
Memberikan latihan dan penerapan konsep serta melaksanakan evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mengatur cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien kemudian memberikan latihan terbimbing
Guru membimbing siswa dalam kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka dan mengecek kemampuan siswa serta memberikan umpan balik
Guru memberikan latihan dan penerapan konsep serta mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
b. Implementasi RPP
Kegiatan implementasi RPP (do) meliputi tahapan praktek pembelajaran (acting) dan pengamatan (observing). Acting; pada tahap ini rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran yang diterapkan. Sedang observing; tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berjalan pada waktu yang sama. Instumen yang digunakan sabagai alat pengamatan dapat lembar observasi.
Pembelajaran pada putaran I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 Februari 2009 jam ke-5 dan ke-6. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu Sintaks Model Kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning. Pada fase pertama (ada pada kegiatan pendahuluan), kami menyampaikan tujuan belajar, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Kemudian dalam kegiatan inti, kami melaksanakan fase-fase lainnya seperti:
(i) mendemonstrasikan pengetahuan dengan teknik bertanya kemudian menjelaskan prosedur menggunakan LKS untuk menyelesaikan tugas belajar;
(ii) menyiapkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya;
(iii) membimbing siswa dalam kelompok belajar dan mengcek pemahaman siswa.
Kegiatan siswa dalam fase ini antara lain:
- Siswa diberi tugas sesuai LKS 1-3 yang membimbing siswa menemukan pengetahuan melalui tahapan-tahapan yang sistematis.
- Masing-masing kelompok melaksanakan tugas belajar di tempat duduk yang telah disiapkan, dan
- Kegiatan mempersentasikan jawaban.
Sedang kegiatan observasi dilaksanakan oleh guru Pamong, Dosen Pembimbing dan guru-guru kelompok SMP N 1 Depok yang sedang tidak menjadi Praktikan. Observasi lebih difokuskan pada tiga aspek, yakni: (1) penerapan model pembelajaran, (2) inovasi guru dalam pembelajaran (pengembangan dan penyampaian materi, pengelolaan kelas dan (3) pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Adapun hasil observasi terlampir.
c. Hasil Refleksi Pembelajaran
Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna menyempurnakan rencana tindakan berikutnya. Hasil diskusi refleksi pada putaran I terlampir dalam laporan ini.
Adapun hasil refleksi pembelajaran pada putaran I yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan acuan pada rencana tindakan berikutnya adalah bahwa hasil belajar belum optimal disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Siswa belum terbiasa berfikir sistematis. Sehingga ada beberapa siswa yang kurang memahami maksud soal dan langkah-langkah sistematis dalam pembelajaran yang dibimbing oleh LKS yang bercirikan model kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning. Akibatnya banyak siswa yang masih kesulitan menyelesaikan masalah/soal matematika. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan usaha guru menjelaskan kepada siswa atau kelompok diskusi yang masih memerlukan penjelasan terhadap tugas yang harus dikerjakan.
2. Siswa masih merasa malu dan ragu untuk bertanya, menjawab maupun berpendapat baik yang ditujukan kepada teman kelompok maupun gurunya. Keadaan ini membutuhkan motivasi dan kiat dari Praktikan untuk memunculkan keberanian pada siswa.
3. Siswa belum terbiasa melakukan persentasi hasil diskusi kelompok. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan memantapkan pembelajaran pada putaran/pertemuan berikutnya.
4. Siswa belum memahami benar struktur pembelajaran yang dikehendaki. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan menyampaikan sejelas-jelasnya tentang kegiatan –kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2. Kegiatan Putaran II
Pada bagian ini, kami akan menyampaikan deskripsi kegiatan pembelajaran pada putaran II dari perencanaan (plan), implementasi dan observasi (do: action and observing).
a. Penyusunan dan Pembahasan RPP
Dalam tahapan ini dengan memperhatikan hasil identifikasi masalah pada kelas praktek (IX C) kami menyusun dan membahas Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dari sisi pemilihan materi, penggunaan model dan metodenya, Lembar Kerja Siswa, alat evaluasinya dan lembar observasinya.
1) Materi yang akan dibahas pada putaran II ini adalah Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan Menyelesaikan Model Matematika dengan Menggunakan SPLDV. Materi ini melanjutkan materi pada putaran sebelumnya yang masih dalam satu Standar Kompetensi.
2) Rencana pembelajaran yang disusun bernuansa kontekstual dengan menggunakan model yang sama pada kegiatan putaran I yakni Kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning dengan sintak pembelajaran yang sama pula.
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa dengan ciri khas Direct Instruction dan Cooperative Learning.
4) Alat evaluasi yang mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar menggunakan tes tertulis berupa uraian.
5) Lembar observasi kegiatan pembelajaran yang disusun loeh TIM UNY tetap digunakan. Karena dipandang cukup valid dan mengukur semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
b. Implementasi RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran matematika yang kedua dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 Maret 2009 jam ke-5 dan ke-6. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu sintak model kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning yang terdiri dari beberapa fase. Pada fase pertama, peneliti menyampaikan tujuan belajar, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Caranya antara lain: (i) Mengatakan kepada siswa bahwa pada pertemuan ini selain siswa diharapkan dapat menentukan himpunan penyelesaian dengan tiga cara, juga diharapkan dapat bekerja sama dan saling menghormati hasil kerja teman dalam menyampaikan pendapat maupun mempresentasikan hasil kerjanya, (ii) Menanyakan kepada siswa apakah sudah mempersiapkan peralatan dan perlengkapan belajarnya, dan (iii) Dengan Tanya jawab siswa diminta menjelaskan pengertian SPLDV (dimaksudkan agar siswa yang sebelumnya tidak belajar minimal akan menyiapkan dan membuka buku pelajaran). Pada fase kedua, peneliti meyajikan informasi dan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan teknik bertanya, kemudian menjelaskan prosedur penggunaan LKS untuk menyelesaikan tugas belajar. Pada fase ke tiga, praktikan mengorganisasikan siswa ked ala kelompok-kelompok dan membimbing siswa dalam pelatihan. Caranya siswa disiapkan duduk sesuai dengan kelompoknya. Fase yang keempat, praktikan membimbing siswa dalam kelompok belajar dan mengecek pemahaman siswa serta memberikan umpan balik. Kegiatan siswa pada fase ini antara lain: (i) siswa diberi tugas sesuai LKS 4, LKS 5 dan LKS 6 yang membimbing siswa menemukan pengetahuan (jawaban) melalui tahapan-tahapan yang sistematis, (ii) Masing-masing kelompok melaksanakan tugas belajar di tempat duduk yang telah disiapkan, dan (iii) Untuk tugas belajar yang bersifat individu tiap-tiap siswa diberi kesempatan untuk maju mempresentasikan hasil. Sedang siswa lain menanggapi. Demikian pula untuk tugas kelompok, ada tiap-tiap delegasi kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi. Sedang kelompok lain menanggapi.
Kegiatan diskusi di atas dimaksudkan agar siswa dapat mengecek pemahamannya sendiri dan sekaligus sebagai umpan balik terhadap kegiatan belajar yang dialaminya. Pada fase keempat ini guru juga membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Fase kelima. Praktikan memberikan latihan dan penerapan konsep serta melaksanakan evaluasi. Siswa diminta mengerjakan tes tertulis untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi. Kemudian diikuti fase keenam dengan memberikan penghargaan (pujian) atas prestasi belajar kelompok.
c. Hasil Refleksi Pembelajaran
Hasil refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan pada putaran II adalah bahwa perkembangan pembelajaran pada putaran II mengalami peningkatan yang cukup berarti. Model pembelajaran kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning dapat berjalan cukup baik. Mungkin selain karena materi lanjutan ini masih dalam satu standar kompetensi juga karena model ini sudah dilaksanakan pada putaran sebelumnya. Kontribusi siswa dalam kerja kelompok semakin optimal. Namun demikian hasil diskusi belum sesuai yang diharapkan. Karena soal yang dibuat berbobot Olympiade Nasional. Seharusnya cukup soal-soal standar yang biasa dipakai dalam ulangan akhir semester maupun ujian nasional.

3. Kegiatan Putaran III
a. Penyusunan dan Pembahasan RPP
Dalam tahapan ini dengan memperhatikan hasil identifikasi masalah pada kelas praktek (IX C) kami menyusun dan membahas Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dari sisi pemilihan materi, penggunaan model dan metodenya, Lembar Kerja Siswa, alat evaluasinya dan lembar observasinya.
1) Materi yang akan dibahas pada putaran I ini adalah Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan Menyelesaikan Model Matematika dengan Menggunakan SPLDV. Materi ini melanjutkan materi pada putaran sebelumnya yang masih dalam satu Standar Kompetensi.
2) Rencana pembelajaran yang disusun bernuansa kontekstual dengan model yang digunakan adalah Kombinasi Direct Instruction dan Cooperative Learning.
3) Menyusun soal kuis lengkap dengan kunci jawabannya.
4) Alat evaluasi yang mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar menggunakan tes tertulis berupa uraian.
5) Lembar observasi kegiatan pembelajaran yang disusun loeh TIM UNY tetap digunakan. Karena dipandang cukup valid dan mengukur semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
b. Implementasi RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran matematika yang ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12 Maret 2009 jam ke-5 dan ke-6. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu sintak model Pembelajaran Interaktif Learning – Direct Instruction yang memadukan teknik janya jawab dan diskusi kelompok serta pemberian tugas.
Interaktif Learning dimaksudkan bahwa pembelajaran yang berlangsung menggunakan media pembelajaran note book, LCD dan software berupa power point yang memuat proses penjelasan materi disertai contoh penyelesaian dan soal-soal latihan yang dilakukan secara interaktif, yakni siswa diberi kesempatan terlebih dahulu untuk menjawab berdasarkan perolehan pengetahuan dari penjelasan materi untuk selanjutnya di cross-ceck dengan jawaban yang tersedia dalam software tersebut. Sedang Direct Instruction dimaksudkan bahwa pembelajaran dilaksanakan secara langsung melalui penjelasan materi dan latihan soal secara bertahap dan sistematis pula serta mengacu pada indikator keberhasilan pembelajaran. Dalam putaran ketiga ini materi yang dibahas adalah Melukis Lingkaran Dalam dan Lingkaran Luar Suatu Segitiga.
Pelaksanaan Pembelajaran pada putaran ketiga ini meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan siswa diberi apersepsi dan motivasi. Apersepsi dilaksanakan dengan tanya jawab. Dimana guru mengingatkan kembali tentang melukis garis yang saling tegak lurus, garis bagi dan sumbu sebuah garis. Agar siswa memiliki semangat belajar yang tinggi, maka siswa diminta melihat Motivation-CD agar siswa lebih serius dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan.
Pada kegiatan inti, siswa diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 anggota. Selanjutnya siswa diminta untuk belajar mengikuti tayangan CD interaktif pembelajaran yang telah dijalankan dan mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Setelah penayangan CD tentang melukis lingkaran dalam segitiga, guru menanyakan pada siswa apakah sudah jelas dengan tayangan tersebut, jika ada yang belum diulangi kembali atau meminta salah satu siswa untuk menjalankannya lagi. Setelah selesai penayangan, siswa secara berkelompok diminta mendiskusikan soal tentang melukis lingkaran dalam segitiga yang sudah tersedia dalam Lembar Kerja Siswa yang telah dibagikan. Guru memantau jalannya diskusi dan memberikan pengarahan dan bantuan secukupnya pada kelompok yang mengalami kesulitan. Selanjutnya beberapa siswa diminta mempresentasikan hasil diskusinya dan ditanggapi oleh siswa yang lain. Guru membimbing siswa menuju jawaban yang benar. Setelah selesai guru meminta siswa mempehatikan materi berikutnya tentang Materi Melukis lingkaran Luar segitiga yang langkahnya sama ketika menjelaskan materi Melukis Lingkaran dalam Segitiga. Sebagai umpan balik, guru mengadakan kuis melalui Instructional – CD.
Dan pada akhir pembelajaran, Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran yg telah dipelajari dan meminta siswa menuliskan hal-hal yang berkesan baginya selama mempelajari materi ini. Siswa diminta juga untuk mengerjakan latihan di rumah.
c. Hasil Refleksi Pembelajaran
Hasil refleksi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan acuan pada rencana pelaksanaan pembelajaran berikutnya antara lain:
1. Bahwa model pembelajaran interaktif dengan memanfaatkan multimedia mampu melibatkan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun pikiran. Sehingga motivasi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
2. Dalam dinamika kelompok, semakin fokus materinya dan jelas tugasnya, maka siswa akan semakin termotivasi untuk menguasai materi.
3. Adanya pemberian motivasi sebelumnya, ternyata berpengaruh pada makin mantapnya persentasi hasil kerja kelompok. Siswa sudah berani berbicara didepan kelas untuk menjelaskan bagaimana menentukan jari-jari lingkaran dalam dan luar segitiga.
4. Diperlukan kontinuitas pembelajaran interaktif yang menyenangkan pada pertemuan-pertemuan yang lain di sekolah masing-masing agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.


BAB III
HAMBATAN DAN PEMECAHAN
A. Hambatan
Kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yaitu tiga putaran dengan menggunakan prinsip Lesson Study yang meliputi kegiatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (plan), implementasi dan observasi pembelajaran (do) dan refleksi (see). Dalam pelaksanaan kegiatan PKM tersebut secara keseluruhan tidak ada kendala yang berarti. Bahkan kami menemukan makna kegiatan PKM yang bernuansa Lesson Study, yaitu menciptakan komunitas guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Ada tukar pikiran (berdiskusi) tentang hambatan maupun keberhasilan yang selama ini dihadapi guru dalam melakukan pembelajaran di sekolahnya masing-masing serta mencari solusi terhadap pelaksanaan pembelajaran di sekolah tempat praktek yaitu di SMP Negeri 1 Depok. Mulai mendesain rencana pembelajaran matematika sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran yang baik, memecahkan persoalan dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan tiap putaran, terutama menemukan cara agar siswa dapat senang belajar matematika, menentukan media maupun alat peraga serta lembar kegiatan siswa yang cocok digunakan dalam implementasi suatu pembelajaran.
Walaupun demikian, ada beberapa kendala yang hadapi selama melaksanakan PKM di SMP Negeri 1 Depok, antara lain:
1. Dalam kelompok masih ada perbedaan presepsi dalam pelaksanaan PKM melalui Lesson Study
2. Pengertian Lesson Study yang dipahami oleh kelompok dan penulis sendiri masih minim ( baru melakukannya)
3. Kondisi siswa yang menjadi tempat pelaksanaan implementasi RPP adalah kelas 9, dimana semua materi sudah diberikan, sehingga sebagian siswa merasa bosan dan tak termotivasi karena materi yang disampaikan oleh para guru model semuanya sudah mereka dapatkan
4. Dalam melakukan observasi rumusan masalah kelompok kami belum optimal melakukannya
5. Ada perasaan sungkan pada masing-masing anggota kelompok manakala kita memerlukan media pembelajaran seperti Laptop, LCD, OHP dimana pada kelompok kami kelengkapan tersebut belum dimiliki oleh masing-masing anggota/individu sehingga ada perasaan takut membebani sekolah tempat praktik.
6. Ada perasaan tak bebas mengajar pada kelompok kami. Karena yang dihadapi adalah siswa-siswa sekolah lain yang karakteristik dan sifat-sifat siswa tersebut belum sepenuhnya dipahami sehingga dalam pelaksanaan PBM tidak optimal.

B. Pemecahan
Dengan memperhatikan hambatan-hambatan yang terjadi serta berbagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan Lesson Study, maka usaha-usaha yang dapat dilaksanakan dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Dalam kelompok dan individu masing-masing mencoba mencari buku referensi utamanya tentang pengertian Lesson Study dan tahap-tahap Lesson Study serta minta petunjuk dari dosen pembimbing dan guru pamong tentang pelaksanaan Lesson Study. Dengan demikian kami dapat menyamakan persepsi tentang Lesson Study yang pada akhirnya munculah kebersamaan dalam kelompok.
2. Agar pelaksanaan Lesson Study dapat berjalan dengan baik, kelompok kami SMP N 1 Depok selalu bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin dengan tindakan dan masukan serta motivasi dari guru pamong serta dosen pembimbing
3. Dengan percaya diri, bahwa pada dasarnya siswa sebenarnya sama yaitu mereka haus dengan hal-hal yang baru, maka kelompok kami mencoba memberikan materi yang dianggap penting bagi siswa berdasarkan identifikasi dengan menggunakan teknik, strategi dan pendekatan pembelajaran yang inovatif disertai dengan media dan alat pembelajaran yang inovatif, karena dengan hal tersebut mereka akan termotivasi bahwa matematika itu tidak monoton, bisa mengikuti perkembangan jaman.
4. Berdialog dengan guru pamong dan dosen pembimbing serta teman-teman praktikan lainnya dalam satu kelompok tentang upaya mandiri untuk dapat menampilkan hal yang inovatif, sehingga dapat membelajakan siswa dengan tepat, berkesan, bermakna, dan menyenangkan.
5. Meningkatkan interospeksi diri melalui diskusi dengan guru pamong dan dosen pembimbing dalam kegiatan refleksi yang didasarkan pada hasil observasi dan bukan berdasarkan teori/opini. Disertai dengan adanya komitmen bersama antara anggota kelompok guru peserta untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
6. Meningkatkan keterampilan dalam mengobservasi kegiatan pembelajaran, mengolah hasil observasi dan menyampaikannya secara sistematis, melakukan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, bekerjasama dalam mengembangkan kepribadiannya sebagai guru, serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi selama proses pembelajaan dan ketika menyampaikan hasil pembelajarannya secara lisan maupun tertulis.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan, hambatan serta pemecahannya kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar dengan menerapkan Lesson Study di SMP Negeri 1 Depok, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Tujuannya adalah untuk (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Bercirikan adanya (a) tujuan bersama untuk jangka panjang; (b) materi pelajaran yang penting; (c) studi tentang siswa secara cermat; dan (d) observasi pembelajaran secara langsung. Dan bermanfaat agar (a) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (b) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (c) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
2. Lesson Study yang dilaksanakan berbasis sekolah tepatnya di SMP N 1 Depok mengacu pada tahapan-tahapan secara siklik, meliputi : (a) tahapan perencanaan (plan); (b) implementasi dan observasi (do) dan refleksi (check/reflection); dan (d) tindak lanjut .
3. Kegiatan PKM dengan menerapkan Lesson Study di SMP N 1 Depok dapat:
1) Membantu mengimplementasikan teori-teori pembelajaran yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan karakteristik siswa yang dihadapi di sekolah praktek.
2) menciptakan rasa empati baik pada sesama tim untuk mempersiapkan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajarannya dapat diterima siswa dengan jelas yang selanjutnya dapat memberikan kebermaknaan dan hasil belajar siswa yang baik pula.
3) Mendorong terjalinnya kekompakan, kerjasama serta komunikasi yang saling menguntungkan baik antar peserta, peserta dengan guru pamong (pihak sekolah), serta peserta dengan dosen pembimbing (mutual learning dan kesejawatan).
4) menghilangkan rasa egoisme dan rasa menggurui serta menciptakan kesetaraan antara peserta dengan guru pamong maupun dosen pembimbing sesuai dengan tugas masing-masing.
5) membantu kesulitan guru paktikan dalam mengelola pembelajaran di sekolahnya.
6) meningkatkan pengetahuan dan kualitas pembelajaran matematika seperti mampu menciptakan suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan.
7) meningkatkan kemampuan guru guna menuju guru yang profesional.

B. Saran
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya serta kesimpulan di atas, maka saran –saran yang diberikan sebagai berikut.
1. Sikap kolaboratif yang efektif Lesson Study sangat penting dalam kegiatan menyusun RPP. Sikap positif ini terbukti membantu menghasilkan perencanaan pembelajaran yang matang dan akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu.
2. Sikap membuka diri dari peserta PKM/Lesson Study untuk diobservasi dan direfleksi, perlu dipetahankan ketika mereka kembali ke sekolah masing-masing agar proses perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran cepat berhasil.
3. Program PKM melalui Lesson Study sebaiknya dilakukan peserta pada pokok-pokok bahasan yang dianggap sulit oleh siswa. Selain akan memperbesar kemungkinan penemuan-penemuan kekurangan siswa maupun guru dalam pembelajaran, maka akan lebih cepat memacu proses perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran.
4. Lembar observasi perlu dibuat lebih terinci agar guru pengamat, guru pamong dan guru pembimbing dapat mengamati siswa lebih cermat.
5. Dengan memperhatikan bahwa kegiatan PKM dengan Lesson Study terbukti cukup efektif untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran, maka seyogyanya kegiatan ini tidak hanya untuk program sertifikasi guru jalur pendidikan saja. Namun perlu diterapkan untuk mahasiswa reguler pada mata kuliah PPL, dalam kegiatan MGMP, maupun kelompok guru serumpun di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Garfield, J. (2006). Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistics Curriculum. (Online): diambil tanggal 19-6-2006 dari: www.stat.auckland.ac.nz/-iase/publication/-11/Garfield.doc.

Lewis, Catherine C. (2002). Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc.

Robinson, Naomi. 2006. Lesson Study: An example of its adaptation to Israeli middle school teachers . (Online): stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc

Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction. Nasional Staff Development Council . (Online): www.nsdc.org. 03/05/06.
Saito, E., Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP . Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3. Th. XXIV: 24-32.

Saito, E., (2006). Development of school based in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project . Improving Schools. Vol.9 (1): 47-59

Takashi A. (2006). Implementing lesson study in North American schools and school (makalah yang dipresentasikan pada seminar “APEC International







MEMBANGUN MENTAL UNGGUN PADA ANAK

menumbuhkan sikap positif (mentalitas unggul) dan keberanian pada anak. Salah satunya adalah mengajak anak di alam terbuka untuk mengikuti kegiatan wisata alam, haiking, panjat tebing dan flying fog.
Tempat: Agrowisata Pagilaran, Kec. Blado,Kab. Batang





Monday, June 14, 2010

MENGGAGAS ARTI DISIPLIN

Tidak dapat dipungkiri, bahwa kedisiplinan memang enak untuk dibicarakanan. Tidak heran pula bila hingga kini banyak pengertian tentang kedisiplinan yang diajukan, baik oleh ahli bahasa, ilmuwan, maupun pihak-pihak yang berkepentingan dengan kata "disiplin". Namun demikian, secara umum disiplin banyak diartikan sebagai "kerja tepat waktu". Definisi tersebut memang benar tetapi terasa sangat sempit, karena indikatornya kurang lengkap. Sehingga untuk melaksanakan kedisiplinan secara tepat dan menyeluruh pun terasa sulit.
Menurut pemahaman penulis, kata “disiplin” akan lebih tepat dan menyeluruh untuk dilaksanakan manakala kita telah memberikan indikator disiplin yang tepat dan menyeluruh juga. Di dalam Al-Quran diajarkan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai indikator dari disiplin, antar lain niat, istiqomah, sabar, penghargaan waktu, penyiapan segala kemampuan doa dan tawakal

Disiplin tidak akan terwujud tanpa ada tujuan dari perbuatan yang diharapkan. Sedangkan sebaik-baik tujuan adalah tujuan yang pertama kali ditargetkan dalam niatan ibadah. Di sini, ada keterkaitan lahir dan batin secara vertikal dengan Tuhan. Sehingga, hal ini menjadi kekuatan batiniah yang mendukung pencapaian tujuan. Sedangkan tujuan itu sendiri juga harus jelas dan ditargetkan. Kapan dan tujuan apa yang harus dicapai hendaknya sudah dipikirkan dalam niat.
Istiqomah
Secara harfiah, istiqomah berarti teguh dalam pendirian. Konsistensi terhadap apa yang diniatkan haruslah kuat. Seperti perumpamanan tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Setiap langkah yang ditempuh haruslah mengacu kepada tujuan yang diniatkan. Karena ketika ada perubahan niat, sudah pasti langkah yang ditempuh pun banyak yang menyimpang dari proses tindakan yang telah direncakan. Inilah mengapa istiqomah menjadi salah satu syarat bagi terlaksananya kedisiplinan.

Penghargaan waktu
Apa pun bentuk tingkah laku, termasuk disiplin, sudah pasti mempertimbangkan waktu. Bagaimana kita dapat memanfaatkan waktu seefektif mungkin, haruslah sudah dipikirkan dalam setiap langkah. Jangan sampai tenaga dan pikiran yang dikeluarkan itu mubadzir. Pada batasan target telah tergambarkan what (tujuan apa yang akan dicapai), when (kapan tujuan itu harus tercapai), dan how (bagaimana cara mencapinya). Dengan penghargaan waktu dalam kedisiplinan.
Penyiapan segala kemampuan
Untuk dapat melaksanakan kedisiplinan, haruslah dicurahkan segala kemampuan secara optimal. Maisa merupakan bentuk pencurahan kemampuan yang tidak optimal. Di sini kualitas kedisiplinan berbanding lurus dengan keoptimalan pencurahan kemampuan yang ada.
Sabar
Dalam kondisi tertentu, dapat saja diartikan sebagai tidak tergesa-gesa, mau antri, tidak nguyawara, atau mungkin alon-alon waton kelakon. Namun definisi di atas sangat jauh dari arti sabar yang sebenarnya. Sepanjang pemahaman penulis dari keterangan-keterangan yang tersirat dalam Al-Quran, sabar itu memuat sifat dan sikap yang memanifestasikan perencanaan tindakan, taktik, dan teknis pencapaian tujuan. Sementara kedisiplinan tidak akan terlaksana tanpa ada perencanaan tindakan yang matang, taktik (strategi dalam proses), dan teknis (langkah riil yang tepat sasaran) dalam pencapaian tujuan. Dalam konteks sabar, tidak ada istilah berhenti merencanakan, menyusun taktik, dan melaksanakan teknis sebelum tujuan itu tercapai.
Berdoa
Beroda adalah menyadarkan harapan kepada Allah di tengah-tengah kita bekerja (berdisiplin) akan memberikan semangat batin yang kuat. Di samping dapat menghindarkan dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, dengki, riya’, dan sifat buruk lainya. Kita pun insya Allah akan diberi kekuatan dan kemudahan dari Allah sehingga yang kita harapakan dapat tercapai.
Tawakkal
Dalam kedisiplinan tidak mengenal putus asa ketika tujuan tidak terapai, berserah dirilah kepada Allah setelah berusaha (tawakkal). Kalimat ini mengingatkan pikiran kita pada keterpautan hati dengan Tuhannya. Manusia bukanlah robot yang ketika sudah diprogram dengan komputer serta merta tujuan akan terapai. Pada suatu saat Tuhan pasti akan menguji umat-Nya yang beriman.
Namun sebagai wujud rasa syukur kita atas pemberian akal, kita harus optimis dan membenarkan bahwa sudah menjadi jaminan sosial bahwa tujuan hanya akan tercapai jika ada kedisiplinan. Meskipun orang boleh berkata kegagalan adalah keberhasil yang tertunda, setidaknya telah dilaksanakan kedisiplinan di atas sebagai wujud kita telah berusaha.
Inilah indikator dari pelaksanaan disiplin. Semakin tepat dan menyeluruh indikator dipilih yang kita berikan, semakin tepat dan menyeluruh pula disiplin yang dilaksanan. Niat, istiqomah, penghargaan waktu, penyiapan segala kekuatan, sabar, doa dan tawakkal menjadi indikator utama terlaksananya kedisiplinan.

Lencana Facebook