Wednesday, June 4, 2008

MENGGAGAS ARTI DISIPLIN

Tidak dapat dipungkiri, bahwa kedisiplinan memang enak untuk dibicarakanan. Tidak heran pula bila hingga kini banyak pengertian tentang kedisiplinan yang diajukan, baik oleh ahli bahasa, ilmuwan, maupun pihak-pihak yang berkepentingan dengan kata "disiplin". Namun demikian, secara umum disiplin banyak diartikan sebagai "kerja tepat waktu". Definisi tersebut memang benar tetapi terasa sangat sempit, karena indikatornya kurang lengkap. Sehingga untuk melaksanakan kedisiplinan secara tepat dan menyeluruh pun terasa sulit.
Menurut pemahaman penulis, kata “disiplin” akan lebih tepat dan menyeluruh untuk dilaksanakan manakala kita telah memberikan indikator disiplin yang tepat dan menyeluruh juga. Di dalam Al-Quran diajarkan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai indikator dari disiplin, antar lain niat, istiqomah, sabar, penghargaan waktu, penyiapan segala kemampuan doa dan tawakal
Niat
Disiplin tidak akan terwujud tanpa ada tujuan dari perbuatan yang diharapkan. Sedangkan sebaik-baik tujuan adalah tujuan yang pertama kali ditargetkan dalam niatan ibadah. Di sini, ada keterkaitan lahir dan batin secara vertikal dengan Tuhan. Sehingga, hal ini menjadi kekuatan batiniah yang mendukung pencapaian tujuan. Sedangkan tujuan itu sendiri juga harus jelas dan ditargetkan. Kapan dan tujuan apa yang harus dicapai hendaknya sudah dipikirkan dalam niat.
Istiqomah
Secara harfiah, istiqomah berarti teguh dalam pendirian. Konsistensi terhadap apa yang diniatkan haruslah kuat. Seperti perumpamanan tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Setiap langkah yang ditempuh haruslah mengacu kepada tujuan yang diniatkan. Karena ketika ada perubahan niat, sudah pasti langkah yang ditempuh pun banyak yang menyimpang dari proses tindakan yang telah direncakan. Inilah mengapa istiqomah menjadi salah satu syarat bagi terlaksananya kedisiplinan.
Penghargaan waktu
Apa pun bentuk tingkah laku, termasuk disiplin, sudah pasti mempertimbangkan waktu. Bagaimana kita dapat memanfaatkan waktu seefektif mungkin, haruslah sudah dipikirkan dalam setiap langkah. Jangan sampai tenaga dan pikiran yang dikeluarkan itu mubadzir. Pada batasan target telah tergambarkan what (tujuan apa yang akan dicapai), when (kapan tujuan itu harus tercapai), dan how (bagaimana cara mencapinya). Dengan penghargaan waktu dalam kedisiplinan.
Penyiapan segala kemampuan
Untuk dapat melaksanakan kedisiplinan, haruslah dicurahkan segala kemampuan secara optimal. Maisa merupakan bentuk pencurahan kemampuan yang tidak optimal. Di sini kualitas kedisiplinan berbanding lurus dengan keoptimalan pencurahan kemampuan yang ada.
Sabar
Dalam kondisi tertentu, dapat saja diartikan sebagai tidak tergesa-gesa, mau antri, tidak nguyawara, atau mungkin alon-alon waton kelakon. Namun definisi di atas sangat jauh dari arti sabar yang sebenarnya. Sepanjang pemahaman penulis dari keterangan-keterangan yang tersirat dalam Al-Quran, sabar itu memuat sifat dan sikap yang memanifestasikan perencanaan tindakan, taktik, dan teknis pencapaian tujuan. Sementara kedisiplinan tidak akan terlaksana tanpa ada perencanaan tindakan yang matang, taktik (strategi dalam proses), dan teknis (langkah riil yang tepat sasaran) dalam pencapaian tujuan. Dalam konteks sabar, tidak ada istilah berhenti merencanakan, menyusun taktik, dan melaksanakan teknis sebelum tujuan itu tercapai.
Berdoa
Beroda adalah menyadarkan harapan kepada Allah di tengah-tengah kita bekerja (berdisiplin) akan memberikan semangat batin yang kuat. Di samping dapat menghindarkan dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, dengki, riya’, dan sifat buruk lainya. Kita pun insya Allah akan diberi kekuatan dan kemudahan dari Allah sehingga yang kita harapakan dapat tercapai.
Tawakkal
Dalam kedisiplinan tidak mengenal putus asa ketika tujuan tidak terapai, berserah dirilah kepada Allah setelah berusaha (tawakkal). Kalimat ini mengingatkan pikiran kita pada keterpautan hati dengan Tuhannya. Manusia bukanlah robot yang ketika sudah diprogram dengan komputer serta merta tujuan akan terapai. Pada suatu saat Tuhan pasti akan menguji umat-Nya yang beriman.
Namun sebagai wujud rasa syukur kita atas pemberian akal, kita harus optimis dan membenarkan bahwa sudah menjadi jaminan sosial bahwa tujuan hanya akan tercapai jika ada kedisiplinan. Meskipun orang boleh berkata kegagalan adalah keberhasil yang tertunda, setidaknya telah dilaksanakan kedisiplinan di atas sebagai wujud kita telah berusaha.
Inilah indikator dari pelaksanaan disiplin. Semakin tepat dan menyeluruh indikator dipilih yang kita berikan, semakin tepat dan menyeluruh pula disiplin yang dilaksanan. Niat, istiqomah, penghargaan waktu, penyiapan segala kekuatan, sabar, doa dan tawakkal menjadi indikator utama terlaksananya kedisiplinan
.

MENJADI GURU KAYA

Menjadi Guru Kaya
Ditengah Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Guru
Profesionalisme Guru


Mencari Makna Guru Kaya
Jika kita sesekali bercanda atau berdialog dengan teman-teman guru, baik disaat santai waktu istirahat PBM, MGMP maupun pertemuan-pertemuan lainya tentang guru yang kaya maka akan kita dapati beragam komentar tentang guru kaya. Diantaranya mereka akan berpendapat guru yang kaya itu dalah guru yang gajinya mencukupi semua kebutuhan keluarga, guru yang besar gajinya, guru yang bisa memenuhi kebutuhan primer mapun sekudernya, guru yang dapat menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi, guru yang terhindar dari hutang yang besar untuk memenuhi kebutuhan primernya, dan seabrek pengertian lainnyayang dapat bermuara pada uang sebagai simbol kekuasaan materialistic
Sementara ada juga guru berpendapat bahwa pada situasi yang ada seperti sekarang ini, guru yang dapat dimaknai sebagai guru yang mampu mengendalikan kebutuhan yang mengharuskan mengeluarkan biaya yang diluar kemampuannya. Seperti menunda memiliki rumah daripada berhutang atau kredit rumah yang fasilitasnya tidak memadai yang memungkinkan berpikir untuk melengkapi fasilitasnya, tidak mengambilkredit sepeda motor apalagi mobil jika untuk kebutuhan makan saja pas-pasan, tidak perlu punya HP. Jika untuk membayar pulsa saja keberatan, atau seabrak bentuk pengeluaran lainnya yang membuatkan kemampuan untuk mencukupi kebtuhan pokok berkurang. Meskipun kepemilikan rumah, kendaraan untuk bekerja, HP untuk sarana komunikasi dan koordinasi sangat dibutuhkan. Melihat pendapat-pendapat yang beragam itu, lalu apa makna guru kaya yang tepat itu? Menurut Amir Tengku Ramly (2005:10) Guru kaya dapat diartikan dalam 4 hal utama terkait dengan dirinya dan dunia pengajaran : disebut guru kaya, bila seorang guru memiliki cara pandang bahwa jabatan guru dalah ”profesi”, karenanya ia senantiasa harus dilatih keahliannya sehingga melahirkan sosok guru pemilik (guru yang ahli, menjadi pusat intelektual dan mampu mengendalikan sistem) dan guru perancang (guru yang memahami makna profesinya, memiliki visi dan merancang pengajaranya secara hidup; (2) disebut Guru kaya, bila seorang guru memilki pola hubungan khusus dengan siswa yang mengedepankan sikap proaktif dan mentalitas yang kaya; (3) Disebut Guru kaya, bila seorang guru melakukan proses pengajaran yang senantiasa tidak mematikan potensi siswa dan terkait antara dunia pengajaran dengan dunia realitas , dan (4) disebut Guru Kaya, bila seorang guru mau senantiasa belajar dengan mensinergiskan otak kir, otak kanan, pancaindera dan hatinya untuk memperoleh sumber ilmu yang hakiki.

Kiat Guru Menjadi Guru Kaya Selama ini
Beragamnya pendapat tentang makna guru kaya ternyata berpengaruh pada kiat kebanyakan guru untuk menjadi guru kaya. Sebagaian besar guru menginkan menjadi guru kaya melaui usaha meningkatkan kesejahteraan. Seperti kita ketahui bersama bahwa ada beberapa guru untuk meningkatkan kesejahteraan dengan menjalankan usaha diluar. Ada yang melaksanakan les privat atau klasikal di rumah, ada yang membuka dealer kendaraan, ada yang makelar serba bisa, ada yang buruh rental, ada yang jualan di rumah, ada yang buka sewa kesenian organ tunggal, ada yang menjadi penyanyi panggilan dan lain sebagainnya. Itulah realitas yang kita jumpai didaerah kita. Kiat di atas tidak ada yang menyalahkan tetapi apakah kiat itu tepat.

Menimbang pengaruh kiat menjadi guru kaya melalui usaha peningkatan kesajahteraan.
Sebagaian yang menganggap boleh-boleh saja melaksankan usaha di luar sekolah untuk mewujudkan kiat meningkatkan kessejahteraan guru. Selama tidak menganggu tugas utama sebagai guru seperti mengajar dikelas, memenuhi administrasi sekolah, dan lain-lain. Namun kita pun perlu memikirkan sebuah pertanyaan ’’ bukankah setiap aktivitas manusisa pasti mencurahkan tenaga, waktu dan pikiran juga ada batasanya? Berawal dari pertanyaan itulah mungkin kita akan berandai-andai betapa nikmatnya hidup seorang guru yang dapat berkosentrasi penuh terhadap tugas utamanya mengajar dan mendidik, cukup waktu unuk menuliskan pengalaman membelajarkan siswa tanpa susah-susah menambah penghasilan dari usaha luar. Sebab dengan melakukan uasaha luar, fisik kita akan lebih mudah cepek dan pikiran kita juga akan mudah kelelahan karena kemampuan manusia terbatas. Sementara kalau kita cermati secara seksama makna guru kaya menurut Amir Tengku Ramly dalam bukunya Perubahan Paradigma to Be Quadran, memang sedikit memberikan ruang kepada kita untuk dapat bisnis/ usaha/ bekerja diluar sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan demi pengakuan sebagai guru kaya. Penulis akan mengajak para pembaca untuk merenungkan bersama terhadap statemen bahwa bisnis/usaha/bekerja/ di luar sekolah cenderung akan menuntun guru bersikap materalistik dan seorang materialis tidak akan pernah merasa kaya sepanjang hidupnya. Ia secara kejiwaan akan selalu merasa kurang meskipun berlebihan materi. Orang kaya yang tudak merasa kemiskinannya. Inilah yang mendasari lahirnya mentalitas kaya yang merupakan bagian terpenting dari kekayaan itu sendiri. Disisi lain, penulis melihat kenyataan bahwa ada sebagian guru yang tampak tidak bisa hidup layak jika tidak sambil bekerja diluar sekolah. Penulis juga melihat kenyataan bahwa tidak sedikit guru SD yang secara kejiwaan kelelehan untuk mengajar karena gajinya minus. Penulis juga melihat kenyataan bahwa banyak SD yang siswanya makin lama makin tertinggal pengusaan pelajarannya sehingga giliran masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi mereka sangat berat mengikutu pelajaran. Para pembaca dapat membayangkan seperti apa
Mutu SD jika tiap tahun 65% lebih siswanya yang masuk SMP mampu menjamin dalam satu bulan siswa kelas 1 awal hafal perkalian, namun beranjak pada materi lain siswa sudah lupa lagi. Memang benar kata pak Muthas guru waktu sekolah di kelas 3 SDN Subah 1 pada 22 tahun yang lalu”kalau mau hafal perkalian dengan berawal dari konsep penjumlahan berbilang maka sulit nanti melupakannya.kamu akan menjadi mudah membagi bilangan dan berhitung lainnya pada sekolah yang lebih tinggi.’’ Demikian kata yang sudah penulis bahasakan sendiri tanpa mengubah subtansinya.
Menjadi guru kaya di tengah upaya meningkatkan kesejahteraan dan Profisionalisme Guru. Kalu kita memperhatikan uraian di atas, kita akan mendapati beberapa alur berpikir yang landasan sosiologinya berbeda. Ibarat dua orang yang berangkat dari dua kutub yang berlawanan (kutub utara dan kutub selatan) tetapi akan pergi dengan tujuan yang sama yaitu menjadi ”Guru Kaya”. Tanpa mengabaikan realitas hidup guru sekarang dapat menjadi guru yang kaya, kita memang benar-benar akan menjadi Guru Kaya sebenarnya (Guru kaya –Amir Tengku Ramly, red). Kutub utara akan diisi oleh semua guru di Indonesia dengan upaya-upayanya: (1) membangun mental penuh percaya diri, bangga dan senantiasa bergairah menjalani tugas profesinya, (2) mensyukuri nikmat yag diterima Tuhan, (3) mau mengubah nasibnya sendiri, (4) menjaga ketenangan jiwa dan berorentasi untuk ibadah kepada Allah SWT, (5) optimis dalam mengembangkan profesi melalui kebiasaan mengajar yang baik dan menulis pengalaman mengajar, serta (6) berusaha menempatkan profesi guru menjadi profesi terhormat diantara profesi lainnya. Sementara kutub selatan akan diisi oleh upaya-upaya pemerintah dan wakil rakyat dalam mensejahterakan guru atau mendukung terwjudnya guru yang kaya. Pemerintah dan wakil rakyat harus menjamin kesejahteraan guru agar guru di Indonesia memilki tenaga untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selam guru belum mampu memenuhi kebutuhan primer saja dan memaksa guru bekerja di luar sekolah, maka selama itu pula pemerintah wakil rakyat dikatakan belum mampu memperjuangkan majunya dunia pendidikan di negara kita. Debat mengenai korelasi peningkatan mutu pendidikan dengan peningkatan mutu pendidikan dengan peningkatan kesejahteraan guru yang sudah lama dilakukan. Namun kita prlu belajar dari sejarah. Bagaimana dulu kondisi pendidikan di indonesia dibanding dengan negara-negara se-Asia. Lalu sekarang begaimana. Sebab program pemerintah yang ditempuh selama ini sebenarnya sudah tepat dan mendukung kemajuan pendidikan. Baik melalui program pendidikan dan pelatihan peningkatan mutu pendidikan bagi guru, kepala sekolah, pemilik, penjabat-penjabat penting lainnya di lingkungan Dinas Pendidikan, program bantuan block grant dan matching grand untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah, program peringanan biaya sekolah seperti BOS dan beasiswa, dan program-program stimulus lainnya seperti penghargaan guru /pengembangan profesi lewat even-even nasional (simposium Guru, lomba keberhasilan dalam pembelajaran, dll); dan tidak kalah pentingnya, pemerintah sekarang berencana akan memberikan tambahan kesejahteraan guru sejalan dengan status pengembangan profesi. Semoga saja ini benar-benar terlaksana karena akan memberikan spirit bagi guru-guru yang berpotensi. Jadi dibanding dengan negara Asean lainnya sebenarnya Indonesia tidak kalah di dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hanya mungkin ada satu yang kurang (kesejahteraan guru), dan yang satu itu justru belum menjamin terwujudnya Guru Kaya sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan baik oleh guru maupun pemerintah menjadi terhambat. Pemerintah belum saatnya berbangga hati dengan dapat meningkatkan gaji guru belum lama ini. Sudah saatnya pemerintah menempuh langkah riil untuk penuhi kesejahteraan guru semestinya. Guru di Indonesia tidak menghendaki gaji yang besar, tetapi hanya menghendaki gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya.sudah saatnya guru Di Indonesia dilepaskan dari tekanan psikologis beban kehidupan primernya. Sudah berpuluh-puluh tahun mereka bersabar menghadapinya, sesabar mereka berusaha menjadi Guru Kaya, yang sebenarnya (Guru kaya-Amir Tengku Ramly,red).

Lencana Facebook