Saturday, September 1, 2012

USAHA GURU MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


A. PENDAHULUAN
Hasil Penelitian The Third International Mathematic and Science Study Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999 menyebutkan bahwa di antara 38 negara, prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika. Sementara hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan.
Rasa takut terhadap pelajaran matematika (fobia matematika) sering kali menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Padahal,

LESSON STUDY


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama ini proses pembelajaran Matematika kurang mendapat perhatian dari orang tua dan pemerintah. Proses pembelajaran Matematika yang terjadi di dalam kelas jarang ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa dokumen Perangkat Pembelajaran Matematika. Pengawas jarang masuk kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari pada masuk kelas melakukan observasi dan supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metode mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan untuk pembelajaran matematika.
Umumnya pembelajaran Matematika dilakukan dalam bentuk satu arah. Guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan. Masih ada Guru yang beranggapan bahwa tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki dengan target tersampaikannya pokok-pokok bahasan Matematika yang tertulis dalam dokumen kurikulum. Pada umumnya guru kurang memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan kurang melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran.

MENJADI GURU MATEMATIKA YANG IDEAL

A. Pendahuluan
Pendidik merupakan jabatan yang amat strategis dalam menunjang proses dan hasil kinerja pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidik merupakan gerbang awal sekaligus sebagai representasi kondisi dan kinerja pendidikan. Dalam hubungan ini, penampilan seorang pendidik harus terwujud sedemikian rupa secara efektif sehingga dapat menunjang dinamika dan keefektifan pendidikan. Kinerja penampilan pendidik didukung sejumlah kompetensi tertentu yang berlandaskan kualitas kepribadian yang harus dapat diwujudkan secara nyata.

Menurut M Surya (2003), kepribadian merupakan keseluruhan perilaku dalam berbagai aspek yang secara kualitatif akan membentuk keunikan atau kekhasan seorang dalam interaksi dengan lingkungan di berbagai situasi dan kondisi. Dengan demikian sifat utama seorang pendidik adalah kemampuannya dalam mewujudkan penampilan kualitas kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan pendidikan agar kebutuhan dan tujuan dapat tercapai secara efektif. Dengan kata lain, seorang pendidik hendaknya memiliki kompetensi kinerja yang mantap. Kompetensi tersebut akan tercermin dalam penampilan yang bersumber pada

Friday, August 31, 2012

CASE STUDY:MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (KARSO MULYO, S.Pd *)


Dalam dunia pendidikan masih ada kalangan pendidik yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur dari tercapainya target akademis siswa. Karena itu wajar jika sebagian mereka ada yang mengajar hanya dengan orientasi bahwa siswa harus mendapatkan nilai akademis setinggi-tingginya jika ingin dianggap telah berhasil.
Belum terfikirkan bagaimana proses pembelajaran membawa siswa kepada sosok generasi bangsa yang tidak sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memilki moral yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang tertanam dalam benak siswa. Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan dunia informasi, bangsa Indonesia tengah dilanda krisis nilai-nilai luhur yang menyebabkan martabat bangsa Indonesia dinilai rendah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, karakter bangsa Indonesia saat ini perlu dibangun kembali.


NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA
Tampaknya tidak berlebihan jika bangsa Indonesia selama ini digambarkan sebagai bangsa yang mengalami penurunan kualitas karakter bangsa. Mulai dari masalah gontok-gontokan , kurang kerja sama, lebih suka mementingkan diri sendiri, golongan atau partai, sampai kepada bangsa yang sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Persoalan ini muncul karena lunturnya nilai-nilai karakter bangsa yang diakui kebenarannya secara
universal. Karakter bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan

Lencana Facebook